Dampak Positif dan negatif Menonton Film Kartun (Animasi)
Menonton film animasi adalah hal lazim untuk para anak-anak,bahkan remaja dan dewasa memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap animasi,mulai dari tv sampai komik,semuanya tak lepas dari alur cerita yang imajinatif dan terkesan heroik,namun tau kah kalian beberapa fakta kini telah didapatkan seputar dampak positif dan negatif dari menonton film animasi,mempengaruhi imajinasi dan kreativitas, yah okelah pasti ini dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan ide anak,tapi tak jarang justru dampek negatif yang muncul mulai dari hal kecil sampai yang besar,simak ulasan kematian Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun, yang
disinyalir bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartu Naruto.
Berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, memang
itdak ada indikasi adanya pengaruh film tersebut terhadap kematian Revino.
Tetapi menurut KPI kasus ini menimbulkan keresahan dari masyarakat akan
sinyalemen bahwa film kartun Naruto mempunyai pengaruh buruk terhadap perilaku
anak.
Kasus Naruto tersebut menambah panjang catatan ihwah film
animasi kartun televisi yang mendapat protes masyarakat. Kita tentu masih
ingat, beberapa waktu silam film animasi kartun Sinchan dan Doraemon, banyak
mendapat kritik bagi masyarakat karena dinilai kurang edukatif dan tidak sesuai
untuk anak-anak.
Sinchan dalam beberapa serialnya menampilkan perilaku yang
menjurus ke arah pornografi. Sementara film animasi kartun Doraemon banyak
disoroti karena memanjakan tokoh Nobita dengan hal-hal yang bersifat instan.
Ini menyebabkan tokoh Nobita menjadi sosok anak yang malas dan kurang mandiri,
selalu mengandalkan Doraemon dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.
Perilaku kedua tokoh kartun tersebut, dikhawatirkan pihak orangtua bisa memberi
pengaruh negatif bagi perkembangan anak.
Kembali pada Naruto, pada dasarnya film ini memang cukup
menarik. Bercerita tentang petualangan seorang bocah dari perkampungan ninja
bernama Konoha. Film animasi kartun ini menampilkan hal yang berbeda dari sosok
ninja pada umumnya. Tokoh-tokoh ninja dalam kisah Naruto tampil lebih terbuka,
fashionable, lepas dari mainstream figur ninja klasik yang cenderung berpenutup
wajah dan misterius. Begitu pula dengan persenjataan. Kalau ninja klasik banyak
mengandalkan kepiawaian dalam memainkan jurus samurai, tombak dan senjata
rahasia, maka Naruto dan kawan-kawan digambarkan lebih hebat dari itu. Mereka tidak
lagi tergantung pada senjata konfensional karena memiliki kesaktian luar biasa.
Dengan menggunakan teknis animasi modern, ilmu-ilmu yang
ditampilkan menjadi tampak hebat, dramatik, dan heroik. Wajar apabila banyak
disukai oleh anak-anak. Tapi, di lain sisi, harus diakui, sepanjang film ini
selalu tak lepas dari adegan kekerasan. Pertempuran yang tak jarang berujung
pada pembunuhan, selalu menjadi pilihan dalam menyelesaikan setiap masalah,
yang diangkat sebagai inti cerita. Tidak berlebihan apabila orangtua menjadi
khawatir.
***
Bila kita cermati, sebenarnya memang banyak film animasi
kartun di televisi yang menampilkan adegan kekerasan. Ironisnya, animasi kartun
di televisi bagi sebagian besar masyarakat masih dianggap sebagai film
anak-anak. Padahal kita tidak tahu, film impor tersebut di negara asalnya
apakah memang jelas-jelas untuk konsumsi anak-anak, atau tidak?
Sebagai contoh, film animasi kartun ‘Tom and Jerry’ yang
populer dan sangat digemari oleh anak-anak. Banyak orangtua yang merasa aman-aman
saja dan membiarkan buah hati mereka menonton animasi kartun tanpa perlu
mendampinginya. Padahal, film animasi karya duo animator William Hanna dan
Joseph Barbera ini bila diperhatikan sarat dengan adegan kurang terpuji. Film
kartun legendaris yang pertama kali diproduksi tahun 1940 ini, hampir di setiap
penayangannya tampil penuh kekerasan maupun keisengan yang cenderung ekstrem.
Perseteruan abadi tokoh kucing dan tikus ini selalu diwarnai dengan upaya
saling mengalahkan dengan melakukan pemukulan, penusukan, pembakaran, jebakan,
peledakan, penyiksaan terhadap masing-masing tokoh maupun perusakan materi
seperti melempar piring, membanting gelas dan lain sebagianya. Meski semua itu
dikemas dalam balutan humor, sehingga tampak jenaka, namun bagi anak-anak yang
belum bisa berpikir panjang bisa jadi apa yang diperagakan oleh tokoh Tom dan
Jerry dianggap sebagai legalitas bagi mereka untuk melakukan hal serupa dalam
pergaulan sehari-hari.
Lalu bagaimana seharusnya? Film animasi yang bagaimana yang
benar-benar ideal untuk anak-anak? Memang sulit untuk menemukannya. Tapi tak
menutup kemungkinan, bahwa dampak negatif yang selalu dikhawatirkan masyarakat
atas film kartun animasi televisi terhadap anak, bisa diminimalisir.
Misalnya; (satu); ada pelabelan atau pengkategorian yang
jelas dan tegas dari KPI atau lembaga terkait terhadap film animasi kartun
televisi, apakah untuk anak-anak, remaja, dewasa, atau segala usia; (dua),
pihak LSF lebih ketat lagi dalam melakukan sensor; (tiga), orangtua
menyempatkan waktu untuk selalu mendampingi anak-anak saat menonton film
animasi kartun, dan siap memberikan penjelasan seperlunya apabila ada adegan
yang tak pantas untuk anak-anak; (empat), komitmen pihak televisi untuk
memproduksi film animasi kartun bernuansa budaya lokal, sekaligus sebagai upaya
memberdayakan dan mengakomodasi potensi animator dalam negeri.
Mengingat dewasa ini ilmu dan teknik animasi banyak
diajarkan secara akademis di perguruan tinggi seni maupun teknik informatika,
maka anak bangsa yang handal dan potensial membuat film animasi cukup melimpah.
Banyak cerita rakyat dan kisah-kisah budi pekerti yang bisa diaktualisasikan
kembali menjadi animasi kartun televisi, sehingga kita tidak dijajah produk
film impor, dan tanpa disadari dipaksa untuk permisif terhadap budaya asing
melalui setting, istiadat dan perilaku para tokohnya yang belum tentu sesuai
dengan budaya Indonesia.
disisi lain film animasi jutru memberi dampak positif sebagai media pengajaran bagi anak usia dini.
Film animasi adalah salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk
menyampaikan bahan ajar pada anak, dengan gambar yang menarik, perhatian anak
akan langsung tertuju ke sana sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan
film animasi akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. (Rivai,M.
2007 : 20)
Peningkatan
kosakata dapat dilakukan dengan banyak cara melalui membaca, mendengarkan, dan
menonton. Peningkatan kosakata atau penguasaan kosakata tersebut lebih banyak
dilakukan di dunia pendidikan, terutama di lembaga Pra sekolah seperti lembaga
PAUD, mengingat kosakata anak masih terbatas. Peningkatan kosakata anak dalam
Menu Generik PAUD sebagai kurikulum yang digunakan di lembaga PAUD yang
digunakan saat ini berada pada pengembangan kemampuan bahasa yang menekankan
pada hasil belajar agar anak memiliki perbendaharaan kata yang diperlukan untuk
berkomunikasi sehari-hari. Menurut Tarigan (1993 : 3) "Secara umum, untuk
memperkenalkan kosakata pada anak perlu diperkenalkan terlebih dahulu dengan
kosakata dasar, diantaranya ialah perbendaharaan kata benda universal, kata
kerja pokok, dan kata bilangan pokok.
Umumnya upaya peningkatan kosakata di lembaga PAUD dilakukan dengan menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Kesempatan ini dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap, bercerita, dan tanya jawab. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan media pengajaran bahasa anak khususnya dalam peningkatan kosakata anak, misalnya guru PAUD menyediakan media pengajaran, seperti boneka, mobil-mobilan, buku cerita, kartu bergambar, foto, dan papan planel. Penggunaan media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak serta motivasi belajar anak. Selain itu, menurut Arsyad. A (2002 : 26) "penggunaan media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta dapat memberikan kesamaan pengalaman pada anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka". Sudjana dan Rivai (1992 : 2) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu "pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat memotivasi belajar dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain".
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media pengajaran dapat memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar di
lembaga PAUD yaitu dapat membantu guru untuk memperjelas bahan ajar, memotivasi
anak agar lebih bersemangat untuk terlibat dalam proses pembelajaran, serta
membuat metode yang dilakukan lebih bervariasi sehingga membuat hasil belajar
yang diharapkan pada anak lebih bermakna.
Dari sekian banyak media yang dapat digunakan di lembaga PAUD, film animasi merupakan salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan kosakata anak. Film animasi merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Media film ini pada umumnya disenangi oleh anak-anak karena karakter gambar animasi yang menarik. Hamalik (Arsyad. A : 2003 : 15) mengemukakan bahwa kelebihan penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari anak ketika bercakap-cakap,tanya jawab dan Iain-lain, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang bila dipandang perlu. Serta mendorong dan meningkatkan motivasi anak dalam menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
Ahli psikologi, Jerone Brunner (Prayitno, 1986 : 119) mengemukakan bahwa " jika dalam belajar anak dapat diberi pengalaman langsung melalui media, maka situasi pembelajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat anak dalam belajar". Penggunaan media yang tepat menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam pembelajaran di lembaga PAUD.
Gambar-gambar dan suara yang muncul pada film yang menampilkan tayangan cerita dalam bentuk animasi kartun juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi serta anak-anak didorong untuk mengenal dan mengetahui manfaat teknologi, sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar dan antusias terhadap cerita yang ditayangkan pada film animasi khususnya pada proses pembelajaran yang menunjang pada peningkatan kosakata anak.
Para peneliti telah melakukan banyak penelitian tentang pengaruh penggunaan media film animasi dalam proses pembelajaran pada siswa. Dengan membandingkan pengaruh penggunaan film animasi dan penggunaan gambar terhadap kemampuan membuat cerita narasi pada siswa SMU, Hendriana (2005 : 73) mendapatkan bahwa penggunaan media film animasi dapat meningkatkan kemampuan membuat cerita narasi pada siswa secara signifikan. Studi lain yang menguji pengaruh penggunaan animasi dalam membantu meningkatkan kemampuan berbicara pada anak Tunagrahita, Ernawati (2008 : 47) melaporkan bahwa penggunaan animasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak Tunagrahita. Berkenaan dengan pembelajaran kosakata, studi eksperimen yang menguji pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap kosakata anak-anak Sekolah Dasar, dilakukan oleh Dwi Murhadi (2005 : 67) menunjukkan bahwa pembelajaran kosakata dengan menggunakan media audiovisual sangat berpengaruh terhadap perbendaharaan kosakata siswa. Selanjutnya, Lutfiyah (2008 : 68) melakukan eksperimen terhadap peningkatan perbendaharaan kosakata dasar dengan menggunakan media gambar dan hasilnya menunjukkan bahwa media gambar berpengaruh signifikan terhadap peningkatan perbendaharaan kosakata anak. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media film animasi yang merupakan salah satu media audiovisual dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa pada siswa seperti kemampuan mengarang cerita, berbicara, dan meningkatkan kosakata siswa. Sehingga peneliti berasumsi bahwa penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran di lembaga PAUD dapat membantu anak dalam pengembangan berbahasa terutama dalam upaya meningkatkan kosakata dasar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap Peningkatan Kosakata Dasar Anak Usia 4-5 tahun .
Umumnya upaya peningkatan kosakata di lembaga PAUD dilakukan dengan menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan bahasanya. Kesempatan ini dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap, bercerita, dan tanya jawab. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan media pengajaran bahasa anak khususnya dalam peningkatan kosakata anak, misalnya guru PAUD menyediakan media pengajaran, seperti boneka, mobil-mobilan, buku cerita, kartu bergambar, foto, dan papan planel. Penggunaan media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak serta motivasi belajar anak. Selain itu, menurut Arsyad. A (2002 : 26) "penggunaan media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta dapat memberikan kesamaan pengalaman pada anak tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka". Sudjana dan Rivai (1992 : 2) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu "pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat memotivasi belajar dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lainnya seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain".
Dari sekian banyak media yang dapat digunakan di lembaga PAUD, film animasi merupakan salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk membantu dalam meningkatkan kosakata anak. Film animasi merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi penontonnya. Media film ini pada umumnya disenangi oleh anak-anak karena karakter gambar animasi yang menarik. Hamalik (Arsyad. A : 2003 : 15) mengemukakan bahwa kelebihan penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari anak ketika bercakap-cakap,tanya jawab dan Iain-lain, menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang bila dipandang perlu. Serta mendorong dan meningkatkan motivasi anak dalam menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya.
Ahli psikologi, Jerone Brunner (Prayitno, 1986 : 119) mengemukakan bahwa " jika dalam belajar anak dapat diberi pengalaman langsung melalui media, maka situasi pembelajarannya itu akan meningkatkan kegairahan dan minat anak dalam belajar". Penggunaan media yang tepat menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa diabaikan begitu saja dalam pembelajaran di lembaga PAUD.
Gambar-gambar dan suara yang muncul pada film yang menampilkan tayangan cerita dalam bentuk animasi kartun juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi serta anak-anak didorong untuk mengenal dan mengetahui manfaat teknologi, sekaligus merangsang minat mereka untuk belajar dan antusias terhadap cerita yang ditayangkan pada film animasi khususnya pada proses pembelajaran yang menunjang pada peningkatan kosakata anak.
Para peneliti telah melakukan banyak penelitian tentang pengaruh penggunaan media film animasi dalam proses pembelajaran pada siswa. Dengan membandingkan pengaruh penggunaan film animasi dan penggunaan gambar terhadap kemampuan membuat cerita narasi pada siswa SMU, Hendriana (2005 : 73) mendapatkan bahwa penggunaan media film animasi dapat meningkatkan kemampuan membuat cerita narasi pada siswa secara signifikan. Studi lain yang menguji pengaruh penggunaan animasi dalam membantu meningkatkan kemampuan berbicara pada anak Tunagrahita, Ernawati (2008 : 47) melaporkan bahwa penggunaan animasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak Tunagrahita. Berkenaan dengan pembelajaran kosakata, studi eksperimen yang menguji pengaruh penggunaan media audiovisual terhadap kosakata anak-anak Sekolah Dasar, dilakukan oleh Dwi Murhadi (2005 : 67) menunjukkan bahwa pembelajaran kosakata dengan menggunakan media audiovisual sangat berpengaruh terhadap perbendaharaan kosakata siswa. Selanjutnya, Lutfiyah (2008 : 68) melakukan eksperimen terhadap peningkatan perbendaharaan kosakata dasar dengan menggunakan media gambar dan hasilnya menunjukkan bahwa media gambar berpengaruh signifikan terhadap peningkatan perbendaharaan kosakata anak. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media film animasi yang merupakan salah satu media audiovisual dapat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa pada siswa seperti kemampuan mengarang cerita, berbicara, dan meningkatkan kosakata siswa. Sehingga peneliti berasumsi bahwa penggunaan film animasi dalam proses pembelajaran di lembaga PAUD dapat membantu anak dalam pengembangan berbahasa terutama dalam upaya meningkatkan kosakata dasar.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul : Pengaruh Penggunaan Media Film Animasi Terhadap Peningkatan Kosakata Dasar Anak Usia 4-5 tahun .
Anomali kembali terjadi ,beberapa acara televisi anak-anak berakibat buruk untuk otak
anak menurut sebuah studi baru tentang menonton kartun. Dampaknya adalah
anak-anak tidak bisa berkonsentrasi atau fokus dengan baik setelah menonton
film kartun tertentu.
Hal ini terungkap, seperti dirilis oleh CNN Health
(12/09/2011), dari hasil penelitian oleh ahli dari University of Virginia
mengenai dampak film kartun yang mereka sebut dengan istilah “animated kitchen
sponge” atau yang kita kenal dengan kartun Spongebob terhadap kemampuan
berpikir anak. Selain CNN Health, Washington Post pun memberitakan hasil
penelitian ini.
Peneliti dari University of Virginia tersebut melakukan
pengujian terhadap 60 sampel anak usia 4 tahun dengan memberikan perlakuan yang
berbeda. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok: 20 anak kelompok pertama
diberikan tontonan 9 menit film kartun animasi cepat Spongebob, 20 anak kelompok
kedua diberikan tontonan film animasi lambat Calliou, dan 20 anak kelompok
ketiga disuruh menggambar dengan krayon dan spidol.
Peneliti kemudian melakukan tes kemampuan berpikir anak
setelah melakukan aktivitas tersebut. Hasilnya adalah kelompok anak yang
diberikan perlakuan untuk menonton film Spongebob paling buruk dibandingkan dua
kelompok anak lain. Para peneliti menduga bahwa otak mendapat overtaxed atau
lelah dari rangsangan-rangsangan cepat dari kartun animasi Spongebob.
Untuk jangka panjang, dampak tersebut masih merupakan
pertanyaan terbuka yang harus dibuktikan lebih lanjut. Beberapa penelitian lain
telah menemukan hubungan antara acara televisi dengan rentang perhatian
anak-anak, terutama pada anak muda, sementara yang lain tidak. Peneliti khawatir
acara-acara televisi tersebut memberikan dampak panjang terhadap kemampuan
berpikir anak di masa depan. Hal ini disebabkan anak-anak prasekolah menonton
televisi minimal 90 menit sehari, dan menurut para peneliti lainnya
memperkirakan anak-anak muda menonton televisi antara dua sampai lima jam
sehari. Jika ini dikalkulasikan maka jika orang itu hidup 70 tahun, maka 7
sampai 10 tahun masa hidupnya dihabiskan untuk menonton televisi. Hal ini
ditambah lagi dari hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa 32 persen anak
dari usia 2 sampai 7 tahun dan 65 persen anak dari usia 8 sampai 18 tahun
memiliki televisi di kamar tidurnya.
American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan orangtua
untuk membatasi anak-anak dari tontonan televisi dan media hiburan lain
(seperti video games dan lainnya) tidak lebih dari 1 sampai 2 jam per hari dan
tidak membiarkan anak berumur 2 tahun untuk menonton televisi sama sekali. Para
peneliti juga mengatakan bahwa ketika otak anak-anak yang masih berkembang
dibombardir dengan stimulasi terlalu banyak, dapat mengganggu kemampuan mereka
untuk belajar fokus secara baik. Dia menyarankan bahwa orang tua mengawasi apa
yang anak-anak mereka menonton.
"Inti dari penelitian ini dan banyak penelitian lain
adalah bahwa apa yang ditonton anak Anda sama pentingnya dengan berapa banyak
mereka tonton. Ini bukan tentang mematikan televisi, ini tentang mengubah
saluran," kata Dr Dimitri Christakis, direktur Pusat Kesehatan Anak
University of Washington dan penulis editorial di Jurnal Pediatric.
Angelina Lillard dan Peterson Jenifer, peneliti yang
melakukan riset tersebut sekaligus penulis jurnal, mengatakan hanya dengan 9
menit anak menonton film kartun Spongebob tersebut telah memiliki efek negatif
pada fungsi eksekutif otak anak. Orang tua harus waspada terhadap hal ini,
karena sedikitnya akan mempengaruhi fungsi otak dalam jangka pendek.
Sementara itu, Nickelodeon yang dimiliki oleh Viacom
International, produsen kartun SpongeBob SquarePants, merilis pernyataannya
untuk CNN ketika ditanya tentang studi ini. "Dari ke-60 anak yang
diteliti, itu bukan target dari film kartun Spongebob. Kartun itu dirancang
untuk anak usia 6 - 11-tahun bukan untuk usia anak 4 tahun, seperti sampel anak
yang digunakan dalam penelitian. Selain
itu, durasi menonton selama 9 menit adalah metodologi yang dipertanyakan.
Durasi selama itu tidak mungkin memberikan dasar untuk sebuah temuan yang
valid, di mana orang tua bisa mempercayainya”.
Posted By : Muhammad Rezki Rasyak
thx buat artikelnya, sangta membantu. boleh saya minta daftar pustka dri artikel diatas?
ReplyDeletekalau boleh kiirmkan saja ke nehemianta@yahoo.com trims GBU
Boleh g minta dftr pustaka yg teori ini gan??
ReplyDeleteFilm animasi adalah salah satu media pengajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan ajar pada anak, dengan gambar yang menarik, perhatian anak akan langsung tertuju ke sana sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan film animasi akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. (Rivai,M. 2007 : 20)
klu bisa krimkan ke email ini ya unikdezam@gmail.com..
makasih sebelumnya gan.. :)
ka zamri ahada udh dapet email balasan blum yg menurut rivai ? kalau sudah boleh tolong krimin ke email saya ka? uzh.husnul@gmail.com trimakasih sblumnya
Deletetrims untuk infonya...
ReplyDeletehttp://cbs-bogor.net/
makasih atas invonya saya boleh kopas engga buat artikel saya supaya masyarakt sadar bahwa budaya nonton fil kartun yg tidak direkomendasikan untuk anak di jauhkan
ReplyDeletekunjungi jg yah pwgdorkdra.blogspot.com
makasih banyak buat infronya, sangat bermanfaat dan menambah wawasan,,... salam sukses !! :-)
ReplyDeletehttp://goo.gl/kwMAfa
Maaf saya tidak setuju dengan pendapat ini karena belumlah tentu dia akan melakukan itu. Positif slalu kudukung dan sya benci kritikan t'hadap anime Naruto!!!!
ReplyDelete