Penerapan Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan kita (Rekayasa genetika dalam kehidupan sehari-hari)
Penerapan
Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan Manusia
Teknologi
DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam
berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Penerapan
rekayasa genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk yang
dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya.
Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil
modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Genetically Modified Organism (GMO). Namun, sering kali pula
aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme
transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.
Dewasa
ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh
kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam
berbagai bidang kehidupan manusia.
1 Bidang Pertanian dan
Peternakan
Teknik
bioteknologi tanaman di bidang pertanian telah dimanfaatkan terutama untuk
memberikan karakter atau sifat baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi
rekayasa genetika tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal
dari organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman. Beberapa contoh aplikasi
rekayasa genetika di bidang pertanian adalah mengembangkan tanaman transgenik
yang memiliki sifat: 1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida);
2) tahan terhadap hama dan penyakit tertentu; 3) mempunyai sifat-sifat khusus
(misalnya tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi beta-karoten dan
vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, kentang dan pisang yang
berkhasiat obat, dll.); 4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen
dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat
memfiksasi nitrogen udara sendiri); dan 5) dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan tanah dengan kandungan garam
tinggi) (www.scribd.com, 2012).
Teknologi
pemindahan gen atau transformasi gen untuk mendapatkan tanaman transgenik dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Contoh transfer gen
secara langsung adalah perlakuan pada protoplas tanaman dengan eletroporasi
atau dengan polyethyleneglycol (PEG), penembakan eksplan gen dengan gene gun
atau di vortex dengan karbit silikon. Teknik pemindahan gen secara tak langsung
dilakukan dengan bantuan bakteri Agrobacterium
tumefaciens.
1- Metode elektroporasi.
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas, perlakuan polythyleneglycol (PEG) pada protoplas dan kombinasi
antara dua perlakuan tersebut diatas. PEG memudahkan presipitasi DNA dan
membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga melindungi DNA plasmid
mengalami degradasi dari enzim nuklease. Sedangkan elektroporasi dengan
perlakukan listrik voltase tinggi meyebabkan permeabilitasi tinggi untuk
sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori sehingga DNA mudah
penetrasi kedalam protoplas. Integritas membran kembali membaik seperti semula
dalam beberapa detik sampai semenit setelah perlakuan listrik. Jagung dan padi
telah berhasil dengan sukses ditransformasi melalui elektorporasi dengan
efisien antatar 0,1 – 1 %. Salah satu kelemahan penggunaan protoplas sebagai
eksplan untuk transformasi adalah sulitnya regenerasi dari protoplas, dan
variasi somaklonal akibat panjang periode kultur
2- Karbid silikon (silicon
carbide)
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi
tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung, dan turfgrass
adalah penggunaan karbid silikon (silicon carbide). Suspensi sel tanaman yang
akan ditransformasi dicampur dengan serat silicon carbide dan DNA plasmid dari
gen yang diinginkan dimasukkan kedalam tabung Eppendorf,
kemudian dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan vortex. Serat karbid berfungsi
sebagai jarum injeksi mikro (micro injection ) untuk memudahkan transfer DNA
kedalam sel tanaman. Metode ini telah digunakan dan menghasilkan tanaman jagung
transgenik yang fertil.
3- Penembakan partikel
(Particle bombardment)
Teknik
paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan metoda gene gun atau particle bombardment. Metode
transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan menembakkan partikel DNA-coated
langsung ke sel atau jaringan tanaman. Dengan cara partikel dan DNA yang
ditambahkan menembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar
dalam secara independen. Telah didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif untuk
metransfer gen pada bermacam–macam eksplan. Penggunaan senjata genmemberikan hasil yang bersih
dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama proses
penembakan berlangsung. Penggunaan particle bombardment membuka peluang
dan kemungkinan lebih muda dalam memproduksi tanaman transgenik dari berbagai
spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi dengan Agrobacterium, khususnya
tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan turfgrass..
4- Metode transformasi yang
dilakukan atau diperantara oleh Agrobacterium
tumefaciens.
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektorAgrobacterium tumefaciens paling
sering digunakan untuk melakukan transformasi tanaman, terutama tanaman
kelompok dikotil. Bakteri ini mampu mentransfer gen kedalam genom tanaman
melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf disc) atau bagian lain
dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi beregenerasi tinggi.
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen
spesifik DNA plasmid Ti disebut T-DNA (transfer DNA ) yang berpindah dari
bakteri ke inti sel tanaman dan berintegrasi kedalam genom tanaman. Karena Agrobacterium tumefaciens merupakan patogen tanaman maka A. tumefaciens yang digunakan sebagai vektor untuk
transformasi tanaman adalah jenis bakteri yang plasmid Ti telah dilucuti
virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi oleh
Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu tanaman sehat
hasil rekayasa genetik. Teknik transformasi melalui media vektor Agrobacterium
pada tanaman dikotil telah berhasil dengan baik tetapi sebaliknya tidak umum
digunakan pada tanaman monokotil. Namun beberapa peneliti telah melaporkan
bahwa beberapa strain Agrobacterium berhasil metransformasi tanaman monokotil
seperti jagung dan padi
Pada
tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai
1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara-
negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta
ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia
(0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia sendiri pada tahun
1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik berupa kedelai
sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000 ton.
Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah),
kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa
Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap
penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi
jalar (Krisno, 2012).
Pada
dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan
ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan
upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan
produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang
jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di
samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat
ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata.
Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk
pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang
lebih tinggi.
Di
bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi
DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan
kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada
sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan
fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi
(recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine
somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak
transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning
domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.
2. Bidang
Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur
Perkebunan
kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi
saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan
perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan
perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang
lebih kuat dan jugaketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen
Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal
yang bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat
mematikan serangga hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah
bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak
strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga.
Sejak diketahui potensi dari protein kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga,
semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang mengandung berbagai jenis protein
kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun
terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman
pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah
lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan
mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan (Agus Krisno,,
2011).
Di
bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki
struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas
Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) menghasilkan tanaman sengon (Albazia falcataria) transgenik
pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai ekonomis yang
digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan rumah tangga,
pagar, hingga pulp dan kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga baik
ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu
kebijakan pemerintah (Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanaman sengon transgenik yang
mengandung genxyloglucanase terbukti
tumbuh lebih cepat dan mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman
kontrol. Tanaman ini berpotensi tumbuh lebih cepat saat dipindah ke lapangan.
Florikultur
merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.
Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk kebun,
bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam
ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan di Floristry dengan menggunakan teknik
biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta berbagai produksi hasil
tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru bagaimana cara
menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah
diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama
serta lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan
beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan
dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.
3.
Bidang Farmasi dan Industri
Di
bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis
obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya
penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis
berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik
rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi
penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan
cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas
sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang
sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan
mentransfer gen untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi,
dan jenis sel lainnya yang mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat
memproduksi protein dalam jumlah besar, yang secara alami hanya terdapat dalam
jumlah sangat sedikit (Chambell et
all, 2000)
1) Pembuatan insulin melalui
proses rekayasa genetika
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting
dalam regulasi kadar gula darah (kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter).
Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita dikenal juga sebagai
sebutan insulin endogen.
Namun, ketika kalenjar pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi
hormon insulin, disaat inilah tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh,
dapat berupa obat buatan manusia atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan
insulin dapat menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin
(diabetes tipe I). Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun
oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida.
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Adapun proses pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid pada bakteri
sebagai vektor pengklon (pembawa DNA) sebagai berikut:
1- Pengisolasian vector dan DNA
sumber gen
Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat
diisolasi dari gen manusia yang sebelumnya telah ditumbuhkan dalam kultur di
laboratorium
Vektor yang digunakan berupa plasmid dari bakteri Escherichia coli. Plasmid merupakan molekul DNA
kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan terpisah dari kromosom bakteri.
Adapun plasmid yang digunakan mengandung gen:
· Amp-R yang terbukti memberikan resistensi pada sel inang terhadap antibiotik
amphisilin
· LacZ yang mengkode enzim β-galaktosidase yang menghidrolisis gula laktosa
Plasmid ini
memiliki pengenalan tunggal untuk enzim restriksi endonuklease yang digunakan
dan urutan ini terletak dalam gen lacZ
2- Penyelipan DNA ke dalam
vector
- Plasmid maupun DNA manusia dipotong dengan
menggunakan enzim restriksi yang sama dimana enzim ini memotong DNA plasmid
pada tempat restriksi tunggalnya dan mengganggu gen lacZ.
- Mencampurkan fragmen DNA manusia dengan plasmid
yang telah dipotong
- Penambahan enzim ligase untuk membentuk ikatan
kovalen antara keduanya
3- Pemasukan plasmid ke dalam
sel bakteri
- Plasmid yang telah termodifikasi dicampurkan
dalam kultur bakteri
- Bakteri akan mengambil plasmid rekombinan secara
spontan melalui proses transformasi namun tidak semua bakteri yang akan
mengambil plasmid rekombinan yang diinginkan
4- Pengklonaan sel dan gen asing
- Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada
medium nutrient padat yang mengandung amphisilin dan gula yang disebut X-gal. Amphisilin dalam medium
yang akan memastikan bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat
tumbuh karena adanya resistensi dari amp-R.
Sedangkan X-gal akan memudahkan identifikasi koloni bakteri yang mengandung gen
asing yang disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis oleh β-galaktosidase menghasilkan produk berwarna biru,
sehingga koloni bakteri yang mengandung plasmid dengan gen β-galaktosidase utuh
akan berwarna biru. Tetapi jika suatu plasmid memiliki DNA asing yang
diselipkan ke dalam gen lacZ-nya
maka koloni sel yang mengandung DNA asing ini akan berwarna putih karena sel
tersebut tidak bisa menghasilkan β-galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal.
5- Identifikasi klon sel yang
membawa gen yang diinginkan
- Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang
mengandung DNA rekombinan diidentifikasi menggunakan probe asam nukleat. Probe adalah
rantai RNA atau rantai tunggal DNA yang diberi label isotop radioaktif atau
bahan fluorescent dan dapat berpasangan dengan basa
nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada langkah pembuatan insulin ini probe
yang digunakan adalah RNAd dari gen pengkode insulin pankreas manusia. Untuk
memilih koloni bakteri mana yang mengandung DNA rekombinan, caranya adalah
menempatkan bakteri pada kertas filter lalu disinari dengan ultraviolet.
Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan telah diberi probe akan tampak
bersinar.
Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan
dalam kultur cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi
gen tersebut dalam jumlah besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe
untuk mengidentifikasi gen yang serupa atau identik di dalam DNA dari sumber
lain.
Pada
industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras
(hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal
dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti
penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan,
dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik
4.
Lingkungan
Rekayasa
genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang
sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan
untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah
ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai
di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang
bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi
yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini
dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis
thaliana transgenik yang
membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk
mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman
metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari sumber-sumber
lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba untuk
mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke
lingkungan tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara
alamiah, hidrokarbon klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli
bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi
senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air
limbah atau digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas
ke lingkungannya (Chambell et
al, 2000)
5.
Bidang Hukum dan Forensik
Pada kriminalitas dengan kekerasan,
darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil dapat tertinggal di tempat
kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang lain milik korban atau
penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan
dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan antibodi untuk
menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan
jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat
mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena
urutan DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphims) dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk pendeteksian
kemiripan dan perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah atau jaringan
lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan metode
ini dapat digunakan untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan
sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis
yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji
kira-kira lima penanda, dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji.
Akan tetapi, rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun
sudah dapat memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna
untuk forensik karena probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian
penanda RFLP yang tepat sama adalah kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti
yang disajikan kepada para juri dalam pengadilan percobaan pembunuhan.
Seperti yang diungkapkan oleh analisis
RFLP, DNA dari noda darah pada pakaian terdakwa sama persis dengan sidik jari
DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah
dari pakaian terdakwa berasal dari korban bukan dari terdakwa sendiri.
Produk Rekayasa Genetika : Grasindo
Posted By : Muhammad Rezki Rasyak
No comments:
Write comments