Saturday, May 26, 2012

LAPORAN RELEVANSI PENDIDIKAN ETIKA DAN MORAL DI SUL-SEL (Contoh Makalah)

RELEVANSI PENDIDIKAN ETIKA DAN MORAL DI SUL-SEL

KATA PENGANTAR

                Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Etika dan Kepribadiaan” dapat dirampungkan dalam rangka memenuhi nilai Praktik Mata Pelajaran Etika dan Kepribadian.
                Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kepada segenap pihak yang turut membantu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
                Secara khusus, Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu pembimbing atas bimbingan dan motivasi yang diberikan sehingga karya ilmiah ini bisa terselesaikan tepat waktu.
                Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Pembaca. Akhirnya, Penulis mengharapkan saran dan kritik dari Pembaca demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT senantiasa merahmati kita semua. Amin…

Makassar,           Januari  2012


Penulis






PENDAHULUAN
BAB 1
1.1 Latar Belakang.
Pentingnya pendidikan sebagai kegiatan yang menentukan kualitas hidup seseorang atau bangsa sudah menjadi kebutuhan mutlak
Pentingnya pendidikan sebagai kegiatan yang menentukan kualitas hidup seseorang atau bangsa sudah menjadi kebutuhan mutlak. Karena itu pendidikan harus dilakukan secara sadar melalui sebuah kesengajaan yang terencana dan terorganisir dengan baik. Semua demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan sasaran lain meliputi obyek peserta, sarana dan prasarana penunjang pendidikan yang lain.
Tujuan Pendidikan
Konferensi Internasional I tentang pendidikan (Islam) di Makkah merumuskan tujuan pendidikan, antara lain sebagai berikut:
“Education should aim at the balanced growth of the total personality of man, through the training of man’s spirit, intellect the rational itself , feelings and bodily senses — both individually and collectively and motivate all these aspect toward goodness and attainment of perfection — these at complete submission to Allah on the level of the individual, community at large —,’ menumbuhkan kepribadian manusia secara totalitas mencakup seperti semangat, kecerdasan, perasaan dan sebagainya, baik dalam kehidupan pribadi dan, masyarakatnya untuk melakukan kebaikan dan kesempurnaan, serta dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT, melalui tindakan pribadi, masyarakat maupun kemanusiaan secara luas’.
Secara umum tujuan pendidikan harus melahirkan orang-orang yang memiliki kecerdasan (dalam pengertian luas) sehingga menumbuhkan dan menciptakan manusia-manusia yang memiliki kepribadian secara utuh, akhlak dan intelektual.
Kecerdasan ini meliputi intelektualitas sebagai manusia. Cerdas emosional dan spiritual. Kesalehan kepribadiannya menjadi agen-agen sosial yang siap berubah dan mampu mengubah sekitar lingkungannya. Kecerdasan ini ditandai dengan beberapa indikasi antara lain:
Kecerdasan intelektual meliputi:
1. Mampu berfikir secara sistematis. Dahulu ketika masih duduk di bangku SMP atau SMU, guru di sekolah mengajarkan dengan metode ilmiyah. Itulah sesungguhnya fungsi itu, melatih dan membiasakan otak untuk berpikir step by step. Dalam menanggapi satu masalah.
2. Mampu memahami dan menganalisa serta mencarikan jalan keluar terhadap suatu permasalahan
3. Memiliki kekuatan berfikir untuk selalu berpihak pada yang baik dan benar
4. Pikirannya selalu terbuka untuk menerima berbagai macam informasi
5. Selalu siap belajar kepada setiap orang
6. Dan lain-lain
Kecerdasan intelektual tak akan berarti, tanpa adanya kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seseorang. Kecerdasan emosional atau lazim disebut EQ, diantaranya, Memiliki kemampuan mengendalikan diri, sabar, ulet, tabah dan tahan uji dalam menghadapi berbagai tantangan, toleransi dalam menghadapi berbagai perbedaan. 


PEMBAHASAN
BAB 2
RELEVANSI PENDIDIKAN ETIKA DAN MORAL DI SUL-SEL
Pelajar Tiga Sekolah Tawuran
MAKASSAR, FAJAR -- Aksi tawuran antarpelajar pecah di Makassar, Selasa siang, 20 September 2011. Tawuran pelajar ini melibatkan pelajar dari tiga sekolah, masing-masing SMKN 3 Makassar, SMAN 8 Makassar, dan SMAN 11 Makassar.

Puluhan pelajar dari tiga sekolah tersebut tawuran di Jalan Baji Gau, Makassar. Informasi yang diperoleh menyebutkan, tawuran berlangsung saat puluhan puluhan siswa SMKN 3 Makassar yang mengendarai sepeda motor, menyerang siswa SMAN 8 Makassar di Jalan Baji Gau. Mereka menyerang menggunakan batu dan balok.

Tidak terima diserang, puluhan siswa SMAN 8 serta didukung warga sekitar membalas dengan melempari penyerang. Aksi saling lempar batu pun tidak terhindarkan. Selama beberapa saat saling serang, siswa SMKN 3 akhirnya mundur.

Para siswa SMKN 3 ini melarikan diri ke depan SMAN 11 di Jalan Mappaouddang. Letak SMAN 11 dan SMAN 8 memang tidak berjauhan. Siswa SMAN 8 dibantu warga pun melakukan penyerangan ke sekolah tersebut. Aksi saling lempar kembali terjadi dan melibatkan pelajar dari tiga sekolah.

Saat siswa SMAN 8 menyerang ke SMAN 11 setelah jam pelajaran usai. Lantaran diserang tiba-tiba, sejumlah siswa SMAN 8 dilaporkan terluka terkena lemparan batu.

Salah seorang warga di sekitar SMAN 11 bernama Andi Panawang mengatakan, penyerangan ke SMAN 11 itu dilakukan siswa SMAN 8 karena menduga siswa yang menyerangnya adalah dari sekolah itu. "Aksi saling lempar baru bubar setelah polisi tiba di lokasi, sementara siswa SMKN 3 lebih awal kabur," kata Panawang.

Kepala Polsekta Tamalate, AKP Agung Setio Wahyudi, membenarkan tawuran antarpelajar tersebut. Kendati ada siswa yang sempat terkena lemparan batu, namun Agung memastikan tidak ada yang dilarikan ke rumah sakit. (sah/yun)
Dikutip dari FAJAR
Pendapat: Setelah membaca berita diatas kita dapat melihat tingkat pendidikan di Sulawesi selatan masih perlu di perbaiki terutama di makassar karena selama tahun 2011 ini banyak terjadi tawuran, bukan hanya dari tingkat SMA dan SMK namun masih teringat di benak kita tawuran yg terjadi di UNHAS dan selama tahun 2011 ini telah terjadi 2 kasus tawuran yg terjadi di UNHAS. Dan hal yang paling utama yang perlu di perbaiki adalah etika dan moral pelajar kita. Dan menurut informasi di bawah ini, masih banyak hal-hal yang perlu ditingkatkan bukan hanya dalam sektor pendidikan namun sarana dan prasarana juga.
Secara detail jumlah bangunan sekolah di Sulsel dapat dilihat pada tabel 29 di bawah ini.
Jumlah Bangunan Sekolah Mulai Dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Di Sulawesi Selatan.
No.
Kabupaten/ Kota
SD
SLTP
SLTA
1
Selayar
137
27
7
2
Bulukumba
364
39
13
3
Bantaeng
132
15
4
4
Jeneponto
252
31
10
5
Takalar
236
28
10
6
Gowa
379
48
17
7
Sinjai
241
25
8
8
Maros
251
45
18
9
Pangkep
306
36
8
10
Barru
306
24
8
11
Bone
672
74
21
12
Soppeng
259
33
12
13
Wajo
402
43
10
14
Sidrap
232
37
12
15
Pinrang
315
38
12
16
Enrekang
212
29
10
17
Luwu
226
39
14
18
Tana Toraja
381
88
24
19
Luwu Utara
215
26
8
20
Luwu Timur
136
25
16
21
Makassar
441
159
105
22
Parepare
90
21
7
23
Palopo
68
20
13
Total
6.253
950
367
Sumber: BPS Tahun 2006
Akses Masyarakat Di Sektor Pendidikan
Tabel 30 di bawah ini dapat  dijadikan  bahan untuk  melihat akses masyarakat di sektor pendidikan. Dari data BPS Provinsi Sulsel Tahun 2006 mengenai Jumlah Penduduk Yang Sekolah (SD-PT), Tidak/Belum Pernah Sekolah, Tidak Bersekolah Lagi, dan Usia Sekolah (5-24), menunjukkan bahwa masih kurang kesempatan  bagi penduduk Sulsel terhadap sektor pendidikan.
Kondisi Penduduk Terhadap Sektor Pendidikan di Sulsel Tahun 2005
No.
Kondisi
Jumlah
1
Yang Sekolah (SD-PT)
2.069.696
2
Tidak Pernah Sekolah
796.091
3
Tidak Bersekolah lagi
3.989.093
Sumber: Diolah dari Data BPS Tahun 2006
Dimana jumlah penduduk yang tidak bersekolah lagi masih lebih tinggi yaitu sekitar 3.989.093 orang, kemudian ditambah penduduk yang belum pernah sekolah sebanyak 796.091 orang. Ini berarti sekitar 4.785.184 orang penduduk Sulsel  (usia sekolah) yang memiliki permasalahan dalam pendidikan.
Sementara jumlah penduduk yang mampu mengenyam pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) sampai ke tingkat Perguruan Tinggi (PT) yang hanya 2.069/696 orang. Ini masih lebih kecil dibandingkan dengan penduduk usia sekolah (5-24 tahun) sebanyak 2.989.477 orang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih ada sekitar 919.781 orang penduduk Sulsel usia sekolah yang memiliki keterbatasa akses dalam sektor pendidikan.

Upaya Peningkatannya: Untuk meminimalisasi hal ini, maka ada upaya yang bisa dilakukan, antara lain, perbaikan kurikulum pendidikan secara menyeluruh, misalnya dengan melakukan pendidikan alternatif tambahan diluar kurikulum. Perbaikan sistem pengajaran dan pendidikan, penguatan keteladanan, penguatan nilai agama dalam kehidupan.

Upaya Pencegahan: Berdasarkan sifatnya,tindakan pencegaha penyimpangan sosial dapat dibedakan menjadi dua,yaitu preventif dan represif
-         Tindakan preventif merupakan suatu tindakan yangditujukan guna mencegah terjadi penyimpangan sosial.Jenis tindakan yang bias diberikan berupa teguran,penyuluhan,dan penyebaran informasi.
-         Tindakan represif merupakan tindakan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan yang bertujuan mengembalikan kepada keadaan semula.Pada umumnya,tindakan represif selalu melibatkan bentrokan fisik yang dapat mengakibatkan banyak korban.




Cara Pencegahan Pnyimpangan


Berdasarkan caranya,pencegahan penyimpangan sosial dibedakan menjadi persuasive dan koersif.
-         Cara persuasive,bertujuan untuk mengajak atau membimbing agar senantiasa            ;             menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku.Cara peersuasif ini biasanya dilakukan antar individu untuk mempermudah pengendalian diri.
-         Cara koersif merupakan upaya pencegahan penyimpangan sosial yang ditekankan pada kekerasan dan ancaman secara fisik.Bentuk pengendalian ini sebagai jalan terakhir jika caa-cara musyawarah sudah tidak bias menyelesaikan masalah.
Proses pendidikan yang sedang kamu jalani saat ini,sebenarnya merupakan salah
satu cara pengendalian sosial yang bersifat persuasif.Oleh karena itu,sejak sekarang kamu juga harus sudah mulai memahami dan melaksanakan berbagai norma yang telah diberlakukan dilingkungan sekolahmu.













PENYIMPANGAN SOSIAL
Razia Penumpang di Atas KRL, Petugas Malah Ditertawai
Egir Rivki - detikNews
Selasa, 03/01/2012 18:31 WIB
Jakarta - PT KAI kembali melakukan razia penertiban penumpang yang duduk di atas gerbong KRL. Lagi-lagi imbauan dan teriakan polisi khusus kereta tak digubris penumpang. Penumpang malah menertawakan petugas.

Pantauan detikcom di Stasiun Cikini, Jakarta Pusat, pukul 16.30 WIB, Selasa (3/1/2012), razia dimulai. 5 Polisi khusus kereta berseragam coklat berpatroli. Bersama 15 petugas keamanan, mereka dipersenjatai pentungan.

Tak lama, lewatlah rangkaian KRL dari Kota menuju Bogor. Sekitar 50 penumpang duduk di atas atap KRL. Petugas meneriaki mereka untuk turun. Namun teriakan petugas tidak digubris.

"Huuu..!" teriak penumpang di atas gerbong beramai-ramai sambil tertawa. Razia malam ini akan berlangsung hingga pukul 19.00 WIB.

Sementara itu Kepala Penertiban PT KAI Daops I Ahmad Sujadi mengatakan razia ini digelar sejak 2 Januari hingga 11 Januari. Tiap stasiun akan ditempatkan 5-10 petugas.

Para penumpang yang bersikeras duduk di atas KRL akan dijerat pasal 207 UU No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Sanksinya, penumpang bisa dipidana 3 tahun penjara dan denda Rp 15 juta.

"Untuk mencegah penumpang di atas, kita bangun pintu koboi seperti di Stasiun Pasar Minggu Baru. Ini akan dipasang di 9 titik," jelasnya.

Selain pintu koboi, PT KAI juga pernah memakai trik menyemprotkan cat warna pada penumpang yang tak tertib. Tapi cara ini juga tidak menggigit. Bahkan pernah penumpang marah, balik mengejar petugas dan merusak stasiun Manggarai.

Dikutip dari Detiknews
Pendapat: Sungguh terlalu negeri kita hal yang seharusnya tidak kita perlu tertawai malah di tertawai apalagi ini oknum kita yang memang seharusnya melakukan tugas tersebut dan bukan hanya di tertawai malah penumpang juga merusak stasiun tersebut, mungkin inilah cermin masyarak kita yang belum memahami sekali akan pentingnya norma yang berlaku di Negara kita.




Latar belakang Penyimpangan: Latar Belakang/sebab-sebab terjadinya penyimpangan Sosial :
 Proses sosialisasi yang tidak sempurna atau tidak berhasil karena seseorang mengalami kesulitan dalam hal komunikasi ketika bersosialisasi. Artinya individu tersebut tidak mampu mendalami norma- norma masyarakat yang berlaku.
 Penyimpangan juga dapat terjadi apabila seseorang sejak masih kecil mengamati bahkan meniru perilaku menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang dewasa.
 Terbentuknya perilaku menyimpang juga merupakan hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan menyimpang yang di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi dan faktor agama. Contoh karena kekurangan biaya seorang pelajar mencuri dan seseorang yang tidak memiliki dasar agama hidupnya tanpa arah dan tujuan.
 Pertentangan antar agen sosialisasi
Pesan-pesan yang disampaikan antara agen sosialisasi yang satu dengan agen sosialisasi yang lain kadang bertentangan, misalnya : orang tua mengajarkan merokok itu tidak baik, sementara iklan rokok begitu menarik, dan anak memiliki kelompok teman sebaya yang pada umumnya merokok, sehingga jika ia mengikuti pesan orang tuanya ia akan menyimpang dari norma kelompoknya, lama-lama anak tersebut akan menjadi perokok 




 
Pertentangan antara norma kelompok dengan norma masyarakat
Kelompok masyarakat tertentu memiliki norma yang bertentangan dengan norma masyarakat pada umumnya. Contoh : masyarakat yang hidup di daerah kumuh sibuk dengan usahanya memenuhi kebutuhannya, kebanyakan mereka menganggap pengucapan kata-kata kotor, membuang sampah sembarangan, membunyikan radio dengan keras merupakan hal biasa. Namun hal tersebut bagi masyarakat umum merupakan hal yang menyimpamg.



Faktor-faktor Penyimpangan: Menurut James W. Van Der Zanden
Faktor-faktor penyimpangan sosial adalah sebagai berikut:   

1)  Longgar/tidaknya nilai dan norma.
Ukuran perilaku menyimpang bukan pada ukuran baik buruk atau benar salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran longgar tidaknya norma dan nilai sosial suatu masyarakat. Norma dan nilai sosial masyarakat yang satu berbeda dengan norma dan nilai sosial masyarakat yang lain. Misalnya: kumpul kebo di Indonesia dianggap penyimpangan, di masyarakat barat merupakan hal yang biasa dan wajar.  

2)  Sosialisasi yang tidak sempurna. Di masyarakat sering terjadi proses sosialisasi yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Contoh: di masyarakat seorang pemimpin idealnya bertindak sebagai panutan atau pedoman, menjadi teladan namun kadangkala terjadi pemimpin justru memberi contoh yang salah, seperti melakukan KKN. Karena masyarakat mentolerir tindakan tersebut maka terjadilah tindak perilaku menyimpang.   
 3) Sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang. Perilaku menyimpang terjadi pada masyarakat yang memiliki nilai-nilai sub kebudayaan yang menyimpang, yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma-norma budaya yang dominan/ pada umumnya. Contoh: Masyarakat yang tinggal di lingkungan kumuh, masalah etika dan estetika kurang diperhatikan, karena umumnya mereka sibuk dengan usaha memenuhi kebutuhan hidup yang pokok (makan), sering cekcok, mengeluarkan kata-kata kotor, buang sampah sembarangan dsb. Hal itu oleh masyarakat umum dianggap perilaku menyimpang.


Upaya Pencegahan: Pencegahan penyimpangan sosial. Antara lain:
 Keluarga. Merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu sebaliknya.
 Lingkungan tempat tinggal dan teman sepermain. Lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal yang baik,warganya taat dalm melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan2 yang baik maka keadaan ini akan mempengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial begitu sebaliknya.
 Media Massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pencegahan agar tidak terpengaruh akibat media massa adalah apbila kamu ingin menonton acara di televisi pilih acara yang bernilai positif dan menghindari tayangan yang dapat membawa pengaruh tidak baik.




PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Di Indonesia, pendidikan diarahkan untuk melahirkan manusia-manusia yang cerdas, bertanggung jawab, bermoral, berkepribadian luhur, bertaqwa, dan memiliki keterampilan. Dengan anggaran 20 % dari APBN. Maka tujuan ini bukanlah hal yang mustahil. Sudah banyak bukti yang mendukung adanya peningkatan pendidikan ini. Prestasi anak-anak bangsa juga banyak mengharumkan bangsa di berbagai kancah internasional.
Namun kita tidak boleh lengah, masih banyak pendidikan yang belum mencapai tujuannya. Ini diindikasikan dengan banyaknya kerusakan moral di kalangan pelajar, seperti beredarnya video-video porno yang bisa diakses melalui ponsel. Ini akibat dari bebasnya pengawasan dan akses informasi yang masuk kepada masyarakat, tanpa ada kontrol dari pihak yang terkait.
Korupsi dan kolusi serta nepotisme masih banyak kita temui dalam birokrasi pendidikan, sehingga menimbulkan konflik dikalangan internal dan berpotensi untuk menimbulkan konflik perpecahan. Pendidikan juga masih banyak yang kita lihat belum berpihak pada rakyat umum. Di kalangan masyarakat mahalnya pendidikan membuat mereka lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makan, sandang dan papan. Belum tercapainya tujuan pendidikan diakibatkan oleh:
a. Belum terintegrasinya pendidikan moral (agama) dengan pendidikan lainnya. Ada sebagian anggapan bahwa pendidikan agama hanya dilakukan di pesantren, padahal di sekolah umum pendidikan agama juga diajarkan hanya saja porsinya masih sedikit, sehingga belum maksimal.
b. Pendidikan etika hanya terbatas pada pengetahuan
c. Minimnya keteladanan
d. Sikap hidup yang semakin materialis dan hedonis
Untuk meminimalisasi hal ini, maka ada upaya yang bisa dilakukan, antara lain, perbaikan kurikulum pendidikan secara menyeluruh, misalnya dengan melakukan pendidikan alternatif tambahan diluar kurikulum. Perbaikan sistem pengajaran dan pendidikan, penguatan keteladanan, penguatan nilai agama dalam kehidupan.

2.2 Daftar Pustaka












1 comment:
Write comments
  1. Relevansi pendidikan etika dan moral harus ditekankan kembali baik untuk para orang tua sekolah. Seperti contoh disebutkan diatas kurangnya pendidikan budi pekerti buat anak didik. Orang tua selalu lebih mendewakan prestasi dari pendidikan moral. Secatra global kita lihat bahwa negara kita sebagai negara terkorup ke 4 di dunia. Hal ini tidak terlepas dari pendidikan moral pada anak-anak kita sejak usia dini

    ReplyDelete