PA'JEKO TEDONG (Membajak Sawah dengan Kerbau) / Sistem bajak sawah tradisional
PA'JEKO TEDONG (Membajak Sawah dengan Kerbau) / Sistem bajak sawah tradisional
Membajak sawah dengan Kerbau atau yang sering masyarakat Sul-Sel khususnya pangkep kenal dengan nama Pa'jeko tedong (Pejko tedoG) pada dasarnya suatu adat yang harus senantiasa di jaga, meskipun sekarang ini semua petani sudah beralih ke mesin traktor modern,namun kenyataannya masih ada beberapa elemen masyarakat atau petani yang enggan memakai fasilitas modern ini, karena beberapa alasan tentunya,kalau diliat dari segi filosofis maupun budaya, menurut saya pa'jeko tedong ini memang harus tetap ada karena merupakan budaya turun temurun untuk mengolah sawah dari sejak zaman nenek moyang,dan mungkin hal itu juga yang mendasari pandangan beberapa masyarakat untuk tdak beralih ke pa'jeko traktor atau mesin traktor.
Salah satu masyarakat kampung beru daeng ratte berkata : " Anjo pa'jeko tedonga bajiki batena ammulimpasa' tana, naratai iya ngasenna buta panjamanga, punna traktor taena nakulle na bulengkara birinna,jari terasaki ritanangngi anjo biring galunga, anne pa'jeko tedongku,pa'jekonna inja neneku riolo, kupakei na kuu'rangi tongi tau-tau pagalung rioloa, kuu'ramgi nenku,mangge na yangasenna tau ku singewanga lalang ri galunga."
dalam bahasa indonesia daeng ratte berkata " bahwa dia masih menggunakan bajak swah tradisional dengan kerbau karena, hasil kerjanya juga lebih baik dari pada hasil traktor,hal itu dikarenakan bagian samping dari sawah sudah tidak dapat dijangkau olh mata kail traktor untuk membongkar tanah,sedangkan si bajak sawah tradisional masih bisa menjangkaunya, penggunaan traktor tradisional ini juga sebagai bentuk penghargaan dari daeng ratte kepada para petani terdahulu yang membuatkannya bajak sawah, untuk bajak sawahnya sendiri itu di pakai sejak nenek dari daeng ratte,lebih lanjutnya daeng ratte bermaksud mengingat atau flash back kembali pra petani sejak waktu neneknya dulu,serta semua kawannya saat masih bersama di perswahan."
dia juga menambahkan jika menggunakan bajak sawah tradisional lebih ampuh,tidak memakan biaya besar,memoriam kembali serta cara penggunaan dan dialek bahasa dengan kerbau yang sudah terlatih dan menurut karena telah lama bersama dengan daeng ratte. Ada faktor psikologis tersendiri sahutnya saat bercengkrama dengan kerbau dan mengarahkannya saat membajak sawah,
berikut dialek daeng ratte yang sempat saya tangkap saat mengarahkan kerbaunya ::
- helelelel......agar si kerbau berjalan
berikut dialek daeng ratte yang sempat saya tangkap saat mengarahkan kerbaunya ::
- helelelel......agar si kerbau berjalan
- Higogo.....agar lebih cepat dan seirama dengan kawannya karena saat membajak daeng ratte menggunakan dua kerbau
- Herrrere......agar si kerbau serong atau berbelok
nah itu dia kawan sekilas tentang daeng ratte dan pa'jeko tedongnya, bagaimanapun itu patut kita apresiasi sebagai bentuk kontribusi daeng ratte mempertahan kan pa'jeko tedong atau bajak sawah tradisional dengan kerbau....
terima kasih sudah mau membaca blognya daeng ekky,semoga kontribusi daeng bisa menjadi wakil untuk melestarikan budaya,juga dapat kalian jadikan referensi pembelajaran
tahnks, dan jangan lupa leave commentnya yah,,,
(Pejko tedoG)
but pgluG
Posted By : Muhammad Rezki Rasyak