manusia dan
kebudayaan indonesia
|
Kebudayaan suku sunda
|
Sunda berasal dari kata Su yang
berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda meyakini
bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan
hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik),
bener(benar), singer (mawas diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah
dijalankan oleh masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak
zamanKerajaan Salakanagara
|
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR
BELAKANG MASALAH
Masyarakat Indonesia merupakan suatu
masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek
kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat
dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak
memiliki kebudayaan. Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa
adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan
masyarakat. Melihat realita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural
maka akan terlihat pula adanya berbagai suku bangsa di Indonesia. Tiap suku
bangsa inilah yang kemudian mempunyai ciri kahas kebudayaan yang berbeda- beda.
Suku Sunda merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Jawa. Sebagai salah
satu suku bangsa di Indonesia, suku Sunda memiliki kharakteristik yang
membedakannya dengan suku lain. Keunikan kharakteristik suku Sunda ini
tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata
pencaharian, kesenian dan lain sebagainya. Suku Sunda dengan sekelumit
kebudayaannya merupakan salah satu hal yang menarikuntuk dipelajari dalam
bidang kajian mata kuliah Pluralitas dan Integritas Nasional yangpada akhirnya
akan menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi kita.
RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan dalam
pembahasan masalah maka penulis membatasi pada
Seperti apakah kebudayaan suku
Sunda ?
Bagaimana masalah sosial yang
ada dalam masyarakat Sunda ?
Bagaimana sistem interaksi dalam
masyarakat Sunda ?
Bagaimana stratifikasi
masyarakat Sunda ?
TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan dari makalah ini
yaitu :
Mengetahui kebudayaan suku
Sunda.
Memahami salah satu bentuk
masalah sosial yang ada dalam masyarakat Sunda.
Menelaah sistem interaksi dalam
kehidupan keseharian suku Sunda.
Mengetahui akan stratifikasi
suku Sunda.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sunda berasal
dari kata Su yang berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Orang
Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan, sebagai jalan
menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener(benar), singer (mawas
diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh
masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zamanKerajaan
Salakanagara. Kata Sunda bisa mengandung berbagai arti yang secara umum berkaitan
dengan etnis/suku bangsa Sunda di bagian barat Nusantara. Catatan sejarah tertua yang sudah ditemukan mengandung kata
"Sunda" adalah prasasti Kebonkopi yang dibuat tahun 458 Saka (536 M, namun ada pula yang berpendapat
bahwa prasasti ini dibuat tahun 854 Saka, 932 M) yang menunjuk pada kerajaan Sunda.
Kata ini kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta yang bisa berarti 'cahaya' atau
'air'. Dalam naskah historis lainnya menyebutkan Sunda
merujuk pada ibukota Kerajaan Tarumanagara yang bernama Sundapura. Sehingga
masyarakat yang menghuni wilayah tersebut dikenal sebagai orang Sunda yang
disebut hingga kini. Kerajaan Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan tertua
di Nusantara yang terbukti dengan bukti prasasti dan berita naskah kuno di
negeri Tiongkok. Letak tepat kota Sundapura masih menjadi penelitian para ahli,
apakah di Jakarta, Bekasi atau Karawang sekarang. Hanya di Karawang terdapat
situs percandian Batujaya seluas 5 km persegi yang
menunjukkan tumbuh kembangnya kebudayaan sejak abad 2 Masehi hingga abad 12
Masehi.
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk menyebut ibukota Kerajaan
Tarumanagara yang didirikannya.
Untuk mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670,
Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara
menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan
Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi lemah
dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan raja Galuh.
Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.
Suku Sunda adalah kelompok
etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, dari Ujung Kulon di
ujung barat pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi
propinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah.
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak diIndonesia.
Kerana letaknya yang berdekatan
dengan ibu kota negara maka hampir seluruh suku
bangsa yang ada di Indonesia terdapat di provinsi ini. 65% penduduk Jawa Barat adalah
Suku Sunda yang merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku
Jawa yang banyak dijumpai di daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak
mendiami daerah bagian barat yang bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan
Suku Batak banyak mendiami Kota-kota besar di Jawa Barat, seperti Bandung,
Cimahi, Bogor, Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang Tionghoa banyak dijumpai
hampir di seluruh daerah Jawa Barat.
KEBUDAYAAN SUKU SUNDA
Pada tahun 1998, suku Sunda
berjumlah lebih kurang 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa
Barat. Diperkirakan 1 juta jiwa hidup di propinsi lain. Berdasarkan sensus
tahun 1990 didapati bahwa Jawa Barat memiliki populasi terbesar dari seluruh
propinsi yang ada di Indonesia yaitu 35,3 juta orang. Demikian pula penduduk
kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau
dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu
kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap
sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedi. Beberapa
koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese.
Sejarah singkat pra-abad 20 ini
dimaksudkan untuk memperkenalkan orang Sunda di Jawa Barat kepada kita yang melayani
di Indonesia. Pada abad ini, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya
nasionalisme yang akhirnya menjadi Indonesia modern.
Kebudayaan Sunda merupakan
salah satu kebudayaan yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia yang
dalam perkembangannya perlu dilestarikan. Kebudayaan-kebudayaan tersebut akan
dijabarkan dibawah
SISTEM KEPERCAYAAN
Hampir semua orang Sunda
beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya
orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga ada yang beragama Katolik,
Kristen, Hindu, Budha.Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih
dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara
keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara
adat, sedangkankeseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi
(gotong royong).Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun
Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang
Tunggal (GuriangTunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia
untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini
mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
Suku Sunda tidak seperti kebanyakan
suku yang lain, dimana suku Sunda tidak mempunyai mitos tentang penciptaan atau
catatan mitos-mitos lain yang menjelaskan asal mula suku ini. Tidak seorang pun
tahu dari mana mereka datang, juga bagaimana mereka menetap di Jawa Barat.
Agaknya pada abad-abad pertama Masehi, sekelompok kecil suku Sunda menjelajahi
hutan-hutan pegunungan dan melakukan budaya tebas bakar untuk membuka hutan.
Semua mitos paling awal mengatakan bahwa orang Sunda lebih sebagai
pekerja-pekerja di ladang daripada petani padi.
Kepercayaan mereka membentuk
fondasi dari apa yang kini disebut sebagai agama asli orang Sunda. Meskipun
tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti seperti apa kepercayaan tersebut,
tetapi petunjuk yang terbaik ditemukan dalam puisi-puisi epik kuno (Wawacan)
dan di antara suku Badui yang terpencil. Suku Badui menyebut agama mereka
sebagai Sunda Wiwitan [orang Sunda yang paling mula-mula]. Bukan hanya suku
Badui yang hampir bebas sama sekali dari elemen- elemen Islam (kecuali mereka
yang ditentukan ada lebih dari 20 tahun yang lalu), tetapi suku Sunda juga
memperlihatkan karakteristik Hindu yang sedikit sekali. Beberapa kata dalam
bahasa Sansekerta dan Hindu yang berhubungan dengan mitos masih tetap ada.
Dalam monografnya, Robert Wessing mengutip beberapa sumber yang menunjukkan
suku Sunda secara umum, "The Indian belief system did not totally displace
the indigenous beliefs, even at the court centers." Berdasarkan pada
sistem tabu, agama suku Badui bersifat animistik. Mereka percaya bahwa roh-roh
yang menghuni batu-batu, pepohonan, sungai dan objek tidak bernyawa lainnya.
Roh-roh tersebut melakukan hal-hal yang baik maupun jahat, tergantung pada
ketaatan seseorang kepada sistem tabu tersebut. Ribuan kepercayaan tabu
digunakan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari.
PENGARUH HINDUISME
Tidak seorang pun yang tahu kapan
persisnya pola-pola Hindu mulai berkembang di Indonesia, dan siapa yang
membawanya. Diakui bahwa pola- pola Hindu tersebut berasal dari India; mungkin
dari pantai selatan. Tetapi karakter Hindu yang ada di Jawa menimbulkan lebih
banyak pertanyaan daripada jawabannya. Misalnya, pusat-pusat Hindu yang utama,
bukan di kota-kota dagang di daerah pesisir tetapi lebih di pedalaman.
Tampaknya jelas bahwa ide-ide keagamaanlah yang telah menaklukkan pemikiran
orang pribumi, bukan tentara. Sebuah teori yang berpandangan bahwa kekuatan
para penguasa Hindu/India telah menarik orang-orang Indonesia kepada kepercayaan-kepercayaan
roh magis agama Hindu. Entah bagaimana, banyak aspek dari sistem kepercayaan
Hindu diserap ke dalam pemikiran orang Sunda dan juga Jawa.
Karya sastra Sunda yang tertua
yang terkenal adalah Caritha Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000
dan mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah
pengikut Shivaisme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berurat dan
berakar dengan kuat sebelum tahun 700. Sangat mengherankan, kira-kira pada
waktu ini, agama India kedua, Budhisme, membuat penampilan pemunculan dalam
waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi Shivaisme dibangun di
dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, monumen Borobudur yang indah sekali
dibangun dekat Yogyakarta ke arah selatan. Candi Borobudur adalah monumen Budha
yang terbesar di dunia. Diperkirakan agama Budha adalah agama resmi Kerajaan
Syailendra di Jawa Tengah pada tahun 778 sampai tahun 870. Hinduisme tidak
pernah digoyahkan oleh bagian daerah lain di pulau Jawa dan tetap kuat hingga
abad 13. Struktur kelas yang kaku berkembang di dalam masyarakat. Pengaruh
Sansekerta menyebar luas ke dalam bahasa masyarakat di pulau Jawa. Gagasan
tentang ketuhanan dan kedudukan sebagai raja dikaburkan sehingga keduanya tidak
dapat dipisahkan.
Di antara orang Sunda dan juga
orang Jawa, Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan
perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih
berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian
mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak
terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan
tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam
kondisi-kondisi mereka sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme
membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan
magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang
pakar adat istiadat Sunda, Prawirasuganda, menyebutkan bahwa angka tabu yang
berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan
perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.
KEMAJUAN ISLAM
Orang Muslim telah ada di
Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya
menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan agama Islam pada
masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatra Utara mulai mengembangkan pengaruh
Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana Muslim menahan tanggal kedatangan
Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa
yang mereka catat mungkin tidak penting.
Kedatangan Islam yang sebenarnya
tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada
awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan yang
berkuasa.
BAHASA
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :
1. Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
2. Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
3. Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa. Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Adalima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu ( ),dan tidak adadifto ng. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k,g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :
1. Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
2. Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.
3. Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa. Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Adalima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu ( ),dan tidak adadifto ng. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k,g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lainyangaslinya munculdari bahasa Indonesiadiubahmenjadikonsonan
utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j,and kh-> h.
Undak-usuk
Bahasa yang digunakan oleh suku ini adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda adalah bahasa yang diciptakan dan digunakan sebagai alat komunikasi oleh Suku Sunda, dan sebagai alat pengembang serta pendukung kebudayaan Sunda itu sendiri. Selain itu bahasa Sunda merupakan bagian dari budaya yang memberi karakter yang khas sebagai identitas Suku Sunda yang merupakan salah satu Suku dari beberapa Suku yang ada di Indonesia
MATA PENCAHARIAN
Suku
Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup
berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah
hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993)
di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan
oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan
sumber daya manusia yang berupa pendidikan,pembinaan,
4. MATA PENCAHARIAN UTAMA
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah
1. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah
1. Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2. Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3. Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
TEKNOLOGI
Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti
alat-alat yang digunakan untuk pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan
alat-alat tradisional, kini sekarang telah berubah menggunakan alat-alat
modern, seperti traktor dan mesin penggiling padi. Disamping itu juga sudah
terdapat alat-alat telekomunikasi dan barang elektronik modern.
ORGANISASI SOSIAL
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua. Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama. Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :
Tujuh generasi keatas :
Kolot
Embah
Buyut
Bao
Janggawareng
Udeg-udeg
Gantung siwur
Tujuh generasi kebawah :
Anak
Incu
Buyut
Bao
Janggawareng
Udeg-udeg
Gantung siwur
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua. Pada saat menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar ketentuan agama. Setelah menikah, pengantin baru bisa tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :
Tujuh generasi keatas :
Kolot
Embah
Buyut
Bao
Janggawareng
Udeg-udeg
Gantung siwur
Tujuh generasi kebawah :
Anak
Incu
Buyut
Bao
Janggawareng
Udeg-udeg
Gantung siwur
SISTEM PENGETAHUAN
Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan maupun informasi memudahkan masyarakat dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544%. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas.
Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan maupun informasi memudahkan masyarakat dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544%. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas.
Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak
terdapat berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :
1. Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
2. Seni suara dan musik :
Ø Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
Ø Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali, Tokecang dan Warung pojok.
3. Wayang golek
4. Senjata tradisional yaitu kujang
1. Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
2. Seni suara dan musik :
Ø Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
Ø Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk dadali, Tokecang dan Warung pojok.
3. Wayang golek
4. Senjata tradisional yaitu kujang
Kujang
adalah sebuah senjata unik dari daerah Jawa Barat. Kujang
mulaidibuat sekitar abad ke-8atau ke-9, terbuat
dari besi, baja dan bahan pamor,panjangnya
sekitar20sampai 25cm dan beratnya
sekitar300gram. Kujang
merupakan
perkakas yang merefleksikan
ketajaman dan daya kritis
dalam
kehidupan
juga
melambangkan
kekuatan
dan
keberanian
untuk
melindungi
hak
dan
kebenaran. Menjadi ciri khas,
baik sebagai senjata, alat
pertanian,
perlambang,
hiasan, ataupun cindera
mata.
Pada zaman dulu perkakas
ini hanya digunakan oleh
kelompok tertentu yaitu para
raja, prabu anom, golongan
pangiwa,
panengen,
golongan agamawan, para
putri serta golongan kaum
wanita tertentu, dan para
kokolot.
Dalam
Wacana dan Khasanah Kebudayaan Nusantara, Kujang diakuisebagai senjata
tradisional masyarakat Masyarakat Jawa Barat (Sunda) danKujang dikenal sebagai
senjata yang memiliki nilai sakral serta mempunyaikekuatan magis. Beberapa
peneliti menyatakan bahwa istilah Kujang berasaldari kata Kudihyang dengan akar
kata Kudi dan Hyang. Kujang (juga) berasaldari kata Ujang, yang berarti manusia
atau manusa. Manusia yang saktisebagaimana Prabu Siliwangi. Manusia yang
sempurna dihadapan Allah danmempunyai derajat Ma'rifat yang tinggi. Pantas
ageman (agama) gamanKujang menjadi icon Prabu Siliwangi. Sebagai Raja yang
tidak terkalahkan.
Replika kujang pada monumen
kotaBo g o r
Kudi
diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyaikekuatan gaib
sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untukmenghalau musuh atau
menghindari bahaya/penyakit. Senjata ini jugadisimpan sebagai pusaka, yang
digunakan untuk melindungi rumah daribahaya dengan meletakkannya di dalam
sebuah peti atau tempat tertentu didalam rumah atau dengan meletakkannya di
atas tempat tidur (Hazeu, 1904 :405-406)
Sedangkan
Hyang dapat disejajarkan dengan pengertian Dewa dalambeberapa mitologi, namun
bagi masyarakat Sunda Hyang mempunyai artidan kedudukan di atas Dewa, hal ini
tercermin di dalam ajaran ³DasaPrebakti´ yang tercermin dalam naskah Sanghyang
Siksa Kanda Ng Karesiandisebutkan ³Dewa bakti di Hyang´.
Secara
umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yangmempunyai kekuatan
tertentu yang berasal dari para dewa (=Hyang), dansebagai sebuah senjata, sejak
dahulu hingga saat ini Kujang menempati satuposisi yang sangat khusus di
kalangan masyarakat Jawa Barat (Sunda).Sebagai lambang atau simbol dengan
niali-nilai filosofis yang terkandung didalamnya, Kujang dipakai sebagai salah
satu estetika dalam beberapalambang organisasi serta pemerintahan. Disamping
itu, Kujang pun dipakaipula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi,
kesatuan dan tentunyadipakai pula oleh Pemda Propinsi Jawa Barat.
Di masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakatSunda karena fungsinya sebagai peralatan pertanian.
Pernyataan ini terteradalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian (1518
M) maupuntradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah diantaranya di daerah
18
Rancah,
Ciamis. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang sebagaiperalatan
berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini padamasyarakat Baduy,
Banten dan Pancer Pangawinan di Sukabumi.
Dengan
perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomimasyarakat Sunda,
Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseranbentuk, fungsi dan makna. Dari
sebuah peralatan pertanian, kujangberkembang menjadi sebuah benda yang memiliki
karakter tersendiri dancenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan
sakral. Wujud barukujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan
lahir antara abad9 sampai abad 12.
Karakteristik
sebuah kujang memiliki sisi tajaman dan nama bagian, antaralain : papatuk/congo
(ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih(lekukan pada bagian punggung),
tadah (lengkungan menonjol pada bagianperut) dan mata (lubang kecil yang
ditutupi logam emas dan perak). Selainbentuk karakteristik bahan kujang sangat
unik cenderung tipis, bahannyabersifat kering, berpori dan banyak mengandung
unsur logam alam.
Dalam Pantun Bogor sebagaimana dituturkan oleh Anis
Djatisunda (996-2000), kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk. Berdasarkan
fungsi,kujang terbagi empat antara lain : Kujang Pusaka (lambang keagungan
danpelindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), KujangPangarak
(sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alatberladang). Sedangkan
berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut KujangJago (menyerupai bentuk ayam
jantan), Kujang Ciung (menyerupai burungciung), Kujang Kuntul (menyerupai
burung kuntul/bango), Kujang Badak(menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai
binatang mitologi naga) dan
19 Kujang
Bangkong (menyerupai katak). Disamping itu terdapat pula tipologibilah kujang
berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbolkesuburan.
BUDAYA SUNDA
Budaya
Sunda dikenal denganbu d a ya yang sangat menjujung tinggisopan santun.
Pada umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah(someah), murah senyum
lemah lembut dan sangat menghormatior a n gtua.Itulah cermin budaya
dan kultur masyarakat sunda. Di dalam bahasa Sundadiajarkan
bagaimana menggunakanba h a sa halus untuk or a n gtua.
Reog
Kesenian
reog menggunakandogdo g (gendang) yang ditabuh, diiringi olehgerak tari
yang lucu dan lawak oleh para pemainnya. Biasanya disampaikandengan pesan-pesan
sosial dan keagamaan. Kesenian reog dimainkan olehempat orang, yaitu seorang dalang
yang mengendalikan permainan, wakilnyadan ditambah oleh dua orang lagi sebagai
pembantu. Dalang memainkandogdog berukuran 20 cm yang disebut dogdogT ilingtingtit. Wakilnyamemegang dogdog
yang berukuran 25 cm yang disebutPa n em p a s, pemainketiga menggunakan dogdog
ukuran 30-35 cm yang disebutBa n gb r a ng danpemain keempat memegang
dogdog ukuran 45 cm yang disebutBa dubla g.
Lama
permainannya berkisar antara satu sampai satu setengah jam. Untuklagu-lagunya
ada pula penabuh waditra dengan perlengkapan misalnya duabuah saron, gendang,
rebab, goong, gambang dll. yang berfungsi sebagaipengiring lagu-lagunya sebagai
selingan atau pelengkap.
Reog yang sekarang memang beda dengan reog zaman
dahulu, sedikitsudah dikembangkan terlihat dari jumlah personil dan alat musik
yangdipakai. Alat musik yang di pakai pada Reog adalah Reog atau ada yangnyebut
dogdog atau ogel yang terdiri dari Dalang, Wakil, Beungbreung,10
Gudubrag, dan Kecrek (markis
KIRAB HELARAN
Kirap helaran atau yang disebut
sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atauseni pertunjukan rakyat
yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa
ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ;
menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT
Kemerdekaan RI dan kegiatan hari- hari besar lainnya.Seperti yang diikuti
ratusan orang dari perwakilan seluruh kelurahan di Cimahi, yang berupa
arak-arakan yang pernah digelar pada saat Hari Jadi ke-6 Kota Cimahi. Kirap ini
yang bertolak dari Alun-alun Kota Cimahi menuju kawasan perkantoran Pemkot
Cimahi, Jln. Rd. Demang Hardjakusumah itu, diikuti olehkelompok-kelompok masyarakat
yang menyajikan seni budaya Sunda, seperti sisingaan, gotong gagak, kendang
rampak, calung, engrang, reog, barongsai, dan klub motor.
KARYA SASTRA
Di bawah ini disajikan daftar
karya sastra dalam bahasa Jawa yang berasal dari daera kebudayaan Sunda. Daftar
ini tidak lengkap, apabila para pembaca mengenal karya sastra lainnya dalam
bahasa Jawa namun berasal dari daerah Sunda,
Babad Cerbon
Cariosan Prabu Siliwangi
Carita Ratu Galuh
Carita Purwaka Caruban Nagari
Carita Waruga Guru
Kitab Waruga Jagat
Layang Syekh Gawaran
Pustaka Raja Purwa
Sajarah Banten
Suluk Wuyung Aya
Wahosan Tumpawarang
Wawacan Angling Darma
Wawacan Syekh Baginda Mardan
Kitab Pramayoga/jipta Sara
PENCAK SIALAT CIKALONG
Pencak silat Cikalong tumbuh
dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya "Maempo
Cikalong". Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir
seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran
ini. Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan
kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran,
pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
SENI TARI
TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda (Priangan) dikenal
memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni
budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya
merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau
pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini
dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan
kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go'ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung
bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong
ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling
menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan
atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada
acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
TARI MERAK
TARI TOPENG
SENI MUSIK DAN SUARA
Selain seni tari, tanah Sunda
juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang
penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas.
Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan
orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya
cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satumusik/lagu
daerah Sunda Bubuy Bulan
Es Lilin
Manuk Dadali
Tokecang
Warung Pojok
Jaipong
Jaipong merupakan
tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan
menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik
tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong. Jaipong ini biasanya
dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan –
gerakan khas tari jaipong.
Degung
Degung merupakan
sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian
degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan
gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul,
saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
Degung merupakan
salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik
degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat
tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring
hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.
Rampak Gendang
Rampak Gendang
merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah
pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu
serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan
oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh
gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara
ritual..
Calung
Di daerah Jawa
Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang
dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk
sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada
yang khas.
Biasanya calung
ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya
digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan.
Pencak Silat
Pencak silat
merupakan kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yang kini sudah menjadi
kesenian Nasional.
Pada awalnya
pencak Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang
gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini
dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam,
menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta
memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket.
Pada umumnya
kesenian pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut
gendang penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan
terompet.
Sisingaan
Sisingaan
merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini
ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang
ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh
tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara
peringatan hari-hari bersejarah.
Kuda Lumping
Kuda Lumping
merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara
mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan.
Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi
kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan
terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu
memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk
seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang
pawang.
Kesenian ini
merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat
husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.
Bajidoran
Bajidoran
merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan
musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu
daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat
musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi,
Rebab, Jenglong serta Terompet. Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah
panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.
Cianjuran
Cianjuran
merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang
dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas
Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran
ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.
Kacapi Suling
Kacapi suling
adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik
tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan Suling. Kacapi suling ini
biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda yang pada umumnya nyanyian
atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda
disebut Sinden.
Reog
Di daerah Jawa
Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya
ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang
disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang
mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan
membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah
cerita lucu atau lelucon.
WAYANG GOLEK
Jepang boleh terkenal dengan
'Boneka Jepangnya', maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya.
Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan
dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang.
Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia.
Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung
lengkap
dengan Sindennya. Wayang Golek
merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan
dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan
golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh
tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan
diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut
dengan degung. Wayang
Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta
pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari
(biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 - 21.00 hingga pukul
04.00 pagi.
Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan
(tokoh baik melawan tokoh
jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti
Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama
dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada 'tokoh' yang sangat dinantikan pementasannya
yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh
ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu
(seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang
pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
ALAT MUSIK
Calung adalah alat musik Sunda
yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan
dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang
(wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras
(tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung
kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi
temen (bambu yang berwarna putih).Angklung adalah sebuah alat atau waditra
kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna
sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas
kepentingan kesenian local atau tradisional
KETUK TILU
Ketuk Tilu adalah suatu tarian
pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta
perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di
suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada
kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai
pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak
disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
SENI BANGRENG
Seni Bangreng adalah
pengembangan dari seni "Terbang" dan "Ronggeng". Seni
terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan "Terbang",
yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh
lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan kecil. Jaipong
RENGKONG
Rengkong adalah salah satu kesenian
tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun
1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan
mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata
cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya
KUDA RENGGONG
Kuda Renggong atau Kuda Depok
ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat diKabupaten Sumedang,
Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kudaatau lebih di hias
warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut,Budak sunat
tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaianpara
Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
KECAPI SULING
Kacapi Suling adalah salah satu
jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi),
iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang
memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang
pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat
dan seluruh dunia.
SISTEM KEKERABATAN
Sistem keluarga dalam suku
Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarikdari pihak ayah dan ibu
bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga.
Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi
adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku Sunda.Dalam suku Sunda
dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk menunjukkan hubungan
kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang berhubungan langsung, ke
bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut), bao, canggahwareng
atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur. Kedua, saudara yang berhubungan
tidak langsung dan horizontal seperti anak paman, bibi, atau uwak, anak saudara
kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara yang berhubungan tidak langsung
dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak kakak, keponakan anak adik,
dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa kata sajarah dan sarsilah (salsilah,
silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan kosa kata sejarah dan silsilah
dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun galur/garis keturunan.
.ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Masalah pendidikan dan
teknologi di dalam masyarakat suku Sunda sudah bias dibilang berkembang
baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat
memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya,
sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah
Jawa Barat, yakni "Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju
di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010" merupakan kehendak,
harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga
Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya. Pembangunan pendidikan
merupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung
upaya-upaya pembangunan Jawa Barat di bidang lainnya. Pembangunan pendidikan
merupakan dasar bagi pembangunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya
pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusia yang kelak akan menjadi
pelaku pembangunan. Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk
senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks
ini, masyarakat Jawa Barat yang mayoritas suku Sunda memiliki potensi, budaya
dan karakteristik tersendiri. Secara sosiologis-antropologis, falsafah
kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam
adalah cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi
tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana
pembangunan, termasuk di bidang pendidikan. Cageur mengandung makna sehat jasmani
dan rohani. Bageur berperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama.
Beneryaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa. Pinter, memiliki ilmu
pengetahuan. Singer artinya kreatif dan inovatif.Sebagai sebuah upaya mewujudkan
pembangunan pendidikan berfalsafahkan cageur, bageur, bener, pinter, tur singer
tersebut, ditempuh pendekatan social cultural heritage approach. Melalui
pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam menyukseskan
program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah
ADAT ISTIADAT
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU
SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu
pilihan calon mempelai yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya
mempelai yang berasal dari Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat
berikut ini. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria
yang berminatmempersunting seorang gadis. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon
pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai
pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat
pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus
dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan kemantapan dan
keabadian. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan ikat
pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis. Seserahan (3 - 7 hari
sebelum pernikahan). Calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot rumah
tangga, perabot dapur, makanan, dan lain-lain. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika
ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan, maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum
akad nikah.) Dipimpin pengeuyeuk. Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar
meminta ijin dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat melalui
lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa parawanten, pangradinan dan
sebagainya. Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk Disawer beras, agar hidup
sejahtera. dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang
dan giat bekerja. Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah
tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda. Membelah mayang jambe
dan buah pinang (oleh calon pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling
mengasihi dan dapat menyesuaikan diri. Menumbukkan alu ke dalam lumpang
sebanyak tiga kali (oleh calon pengantin pria). Membuat lungkun.Dua lembar
sirih bertangkai saling dihadapkan. Digulung menjadi satu memanjang. Diikat
dengan benang kanteh. Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya,
agar kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara
dan handai taulan. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan
berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
Upacara Prosesi Pernikahan
Penjemputan calon pengantin
pria, oleh utusan dari pihak wanita Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita
menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian
diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju
pelaminan. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di
tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu
didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang,
yang berarti penyatuan dua insane yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat
kedua mempelai akan menandatangani surat nikah.Sungkeman, Wejangan, oleh ayah
pengantin wanita atau keluarganya. Saweran, kedua pengantin didudukkan di
kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan
orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi payung besar diselingi
taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung. Meuleum harupat, pengantin
wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan
kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria. Nincak endog, pengantin
pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantaskakinya dicuci dengan air
bunga dan dilap pengantin wanita. Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali.
Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah.
Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju
pelaminan
MASALAH SOSIAL DALAM MASYARAKAT
SUKU SUNDA
Kebudayaan Sunda termasuk salah
satu kebudayaan suku bangsa di Indonesia yang berusia tua. Bahkan, dibandingkan
dengan kebudayaan Jawa sekalipun, kebudayaan Sunda sebenarnya termasuk
kebudayaan yang berusia relatif lebih tua, setidaknya dalam hal pengenalan
terhadap budaya tulis. "Kegemilangan" kebudayaan Sunda di masa lalu, khususnya
semasa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda, dalam perkembangannya kemudian
seringkali dijadikan acuan dalam memetakan apa yang dinamakan kebudayaan Sunda.
Dalam perkembangannya kebudayaan Sunda kini seperti sedang kehilangan ruhnya
kemampuan beradaptasi, kemampuan mobilitas, kemampuan tumbuh dan berkembang,
serta kemampuan regenerasi. Kemampuan beradaptasi kebudayaan Sunda, terutama
dalam merespons berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar,
dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan. Bahkan,
kebudayaan Sunda seperti tidak memiliki daya hidup manakala berhadapan dengan
tantangan dari luar. Akibatnya, tidaklah mengherankan bila semakin lama semakin
banyak unsur kebudayaan Sunda yang tergilas oleh kebudayaan asing. Sebagai contoh
paling jelas, bahasa Sunda yang merupakan bahasa komunitas orang Sunda tampak
semakin jarang digunakan oleh pemiliknya sendiri, khususnya para generasi muda
Sunda. Lebih memprihatinkan lagi, menggunakan bahasa Sunda dalam komunikasi sehari-hari
terkadang diidentikkan dengan "keterbelakangan", untuk tidak
mengatakan primitif. Akibatnya, timbul rasa gengsi pada orang Sunda untuk
menggunakan bahasa Sunda dalam pergaulannya sehari-hari. Bahkan, rasa
"gengsi" ini terkadang ditemukanpula pada mereka yang sebenarnya
merupakan pakar di bidang bahasa Sunda, termasuk untuk sekadar mengakui bahwa
dirinya adalah pakar atau berlatar belakang keahlian di bidang bahasa Sunda.
Adanya kondisi yang
menunjukkanlemahnya daya hidup dan mutu hidup kebudayaan Sunda disebabkan
karena ketidakjelasan strategi dalam mengembangkan kebudayaan Sunda serta
lemahnya tradisi, baca, tulis , dan lisan (baca, berbeda pendapat)di kalangan
komunitas Sunda. Ketidakjelasan strategi kebudayaan yang benar dan tahanuji
dalam mengembangkan kebudayaan Sunda tampak dari tidak adanya
"peganganbersama" yang lahir dari suatu proses yang mengedepankan
prinsip-prinsip keadilantentang upaya melestarikan dan mengembangkan secara
lebih berkualitas kebudayaanSunda. Apalagi jika kita menengok sekarang ini
kebudayaan Sunda dihadapkan pada pengaruh budaya luar. Jika kita tidak pandai-
pandai dalam memanajemen masuknyabudaya luar maka kebudayaan Sunda ini lama
kelamaan akan luntur bersama waktu. Berbagai unsur kebudayaan Sunda yang sebenarnya
sangat potensial untukdikembangkan, bahkan untuk dijadikan model kebudayaan
nasional dan kebudayaan dunia tampak tidak mendapat sentuhan yang memadai.
Ambillah contoh, berbagai makanan tradisional yang dimiliki orang Sunda, mulai
dari bajigur, bandrek, surabi, colenak, wajit, borondong, kolontong, ranginang,
opak, hingga ubi cilembu, apakah ada strategi besar dari pemerintah untuk
mengemasnya dengan lebih bertanggung jawab agar bisa diterima komunitas yang
lebih luas.
Lemahnya budaya baca, tulis,
dan lisan ditengarai juga menjadi penyebab lemahnya daya hidup dan mutu hidup
kebudayaan Sunda. Lemahnya budaya baca telah menyebabkan lemahnya budaya tulis.
Lemahnya budaya tulis pada komunitas Sunda secara tidak langsung merupakan
representasi pula dari lemahnya budaya tulis daribangsa Indonesia. Fakta paling
menonjol dari semua ini adalah minimnya karya-karya tulis tentang kebudayaan
Sunda ataupun karya tulis yang ditulis oleh orang Sunda
SISTEM INTERAKSI DALAM SUKU
SUNDA
Jalinan hubungan antara individu-
individu dalam masyarakat suku Sunda dalam
kehidupan sehari- hari berjalan relatif positif. Apalagi masyarakat
Sunda mempunyai sifat someah hade ka semah. Ini terbukti banyak pendatang tamu
tidak pernah surut berada ke Tatar Sunda ini, termasuk yang enggan kembali ke
tanah airnya. Lebih jauh lagi, banyak sekali sektor kegiatan strategis yang
didominasi kaum pendatang. Ini juga sebuah fakta yang menunjukkan bahwa orang
Sunda mempunyai sifat ramah dan baik hati kepada kaum pendatang dan tamu. Diakui
pula oleh etnik lainnya di negeri ini bahwa sebagian besar masyarakat Sunda memang
telah menjalin hubungan yang harmonis dan bermakna dengan kaum pendatang dan
mukimin. Hal ini ditandai oleh hubungan mendalam penuh empati dan persahabatan Tidaklah
mengherankan bahwa persahabatan, saling pengertian, dan bahkan persaudaraan kerap
terjadi dalam kehidupan sehari-hari antara warga Sunda dan kaum pendatang.
Hubungan urang Sunda dengan
kaum pendatang dari berbagai etnik dalam konteks apa pun-keseharian,
pendidikan, bisnis, politik, dan sebagainya-dilakukan melalui komunikasi yang
efektif. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahpahaman dan konflik
antarbudaya antara masyarakat Sunda dan kaum pendatang kerap terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Yang menjadi penyebab utamanya adalah komunikasi dari posisi- posisi
yang terpolarisasikan, yakni ketidakmampuan untuk memercayai atau secara serius
menganggap pandangan sendiri salah dan pendapat orang lain benar. Perkenalan
pribadi, pembicaraan dari hati ke hati, gaya dan ragam bahasa (termasuk logat
bicara), cara bicara (paralinguistik), bahasa tubuh, ekspresi wajah, cara
menyapa, cara duduk, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan akan turut
memengaruhi berhasil tidaknya komunikasi antarbudaya dengan orang Sunda. Pada
akhirnya, di balik kearifan, sifat ramah, dan baik hati orang Sunda, sebenarnya
masih sangat kental sehingga halini menjadi penunjang di dalamterjalinnya
system interaksi yang berjalan harmonis.
STRATIFIKASI SUKU SUNDA
Masyarakat Jawa Barat, yaitu
masyarakat Sunda, mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat. Nilai individu
sangat tergantung pada penilaian masyarakat. Dengan demikian, dalam pengambilan
keputusan, seperti terhadap perkawinan, pekerjaan, dll., seseorang tidak dapat
lepas dari keputusan yang ditentukan oleh kaum keluarganya. Dalam masyarakat
yang lebih luas, misalnya dalam suatu desa, kehidupan masyarakatnya sangat
banyak dikontrol oleh pamong desa. Pak Lurah dalam suatu desa merupakan “top leader”
yang mengelola pemerintahan setempat, berikut perkara-perkara adat dan keagamaan.
Selain pamong desa ini, masih ada golongan lain yang dapat dikatakan sebagai
kelompok elite, yaitu tokoh-tokoh agama. Mereka ini turut selalu di dalam
proses pengambilan keputusan-keputusan bagi kepentingan kehidupan dan
perkembangan desa yang bersangkutan. Paul Hiebert dan Eugene Nida,
menggambarkan struktur masyarakat
yang demikian sebagai
masyarakat suku atau agraris.1
komunikasi vertikal
masyarakat umum
Perbedaan status di antara
kelompok elite dengan masyarakat umum dapat terjadiberdasarkan status
kedudukan, pendidikan, ekonomi, prestige sosial dan kuasa. RobertWessing, yang
telah meneliti masyarakat Jawa Barat mengatakan bahwa ada kelompok“in group”
dan “out group” dalam struktur masyarakat. Kaum memandang sesamanyasebagai “in
group” sedang di luar status mereka dipandang sebagai “out group. .M.F.
Hofsteede, dalam disertasinya Decision–making Process in Four West Java Villages
(1971) juga menyimpulkan bahwa ada stratifikasi masyarakat ke dalam kelompok
elite dan massa. Elite setempat terdiri dari lurah, pegawai-pegawai daerah dan pusat,
guru, tokoh-tokoh politik, agama dan petani-petani kaya. Selanjutnya, petani menengah,
buruh tani, serta pedagang kecil termasuk pada kelompok massa. Informal leaders,
yaitu mereka yang tidak mempunyai jabatan resmi di desanya sangat berpengaruh
di desa tersebut, dan diakui sebagai pemimpin kelompok khusus atau seluruh
desa. Hubungan seseorang dengan orang lain dalam lingkungan kerabat atau
keluarga dalam masyarakat Sunda menempati kedudukan yang sangat penting. Hal
itu bukan hanya tercermin dari adanya istilah atau sebutan bagi setiap tingkat
hubungan itu yang langsung dan vertikal (bao, buyut, aki, bapa, anak, incu)
maupun yang tidak langsung dan horisontal (dulur, dulur misan, besan),
melainkan juga berdampak kepada masalah ketertiba dan kerukunan sosial. Bapa/indung, aki/nini,
buyut, bao menempati kedudukan lebih tinggi dalam struktur hubungan kekerabatan
(pancakaki) daripada anak, incu, alo, suan. Begitu pula lanceuk (kakak) lebih
tinggi dari adi (adik), ua lebih tinggi dari paman/bibi. Soalnya, hubungan
kekerabatan seseorang dengan orang lain akan
menentukan kedudukan seseorang
dalam struktur kekerabatan keluarga besarnya, menentukan bentuk hormat
menghormati, harga menghargai, kerjasama, dan saling menolong di antara
sesamanya, serta menentukan kemungkinan terjadi-tidaknya pernikahan di antara
anggota-anggotanya guna membentuk keluarga inti baru. Pancakaki dapat pula
digunakan sebagai media pendekatan oleh seseorang untuk mengatasi kesulitan
yang sedang dihadapinya. Dalam hubungan ini yang lebih tinggi derajat
pancakaki-nya hendaknya dihormati oleh yang lebih rendah, melebihi dari yang sama
dan lebih rendah derajat pancakaki-nya.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Suku Sunda merupakan salah satu
suku bangsa yang ada di Jawa. Suku Sunda memiliki kharakteristik yang unik yang
membedakannya dengan masyarakat suku lain. Kekharakteristikannya itu tercermin
dari kebudayaan yang dimilikinya baik dari segi agama, bahasa, kesenian, adat
istiadat, mata pencaharian, dan lain sebagainya. Kebudayaan yang dimiliki suku
Sunda ini menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang
perlu tetap dijaga kelestariannya. Dengan membuat makalah suku Sunda ini diharapkan
dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Sunda tersebut dan
dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang padakelanjutannya dapat
bermanfaat dalam dunia kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/06/0802.htm
http://www.kpsnusantara.com/reflect/malay/Riwayat%20Singkat%20Pencak%20Silat%2
0Cikalong.htm
http://www.bogor.indo.net.id/bogor/kebudayaan.htm
http://www.bogor.indo.net.id/bogor/kebudayaan.htm
http://roron.wordpress.com/2007/08/05/pancakaki/
http://mustikaayu-wedding.com/pengantin_sunda_singer.jpg
http://www.indonesiamedia.com/2004/06/early/budaya/images/melayujawa/Pg-180.jpg
http://uploader.allbandung.com/files/6/images.jpg
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.pikiran-
Posted By : Muhammad Rezki Rasyak
No comments:
Write comments