ISO IPB Culture Collection Cahaya Pembaharu Indonesia
IPB Culture Collection raih akreditasi ISO 17025
Bapak Jhoni. B. Napitupulu selaku direktur Akreditasi Laboratourium dan Lembaga Inspeksi KAN menyatakan bahwa kompetensi IPB CC secara otomatis kompetensi tekniknya diakui equivalen dengan Asia Pasifik yang diakreditasi oleh badan akreditasi yang dalam hal ini sama.
IPB Culture Collection sendiri merupakan unit penyimpanan koleksi kultur mikroba oleh para mikrobiologis IPB yang telah didirikan sejak tahun 1986.
Dr. Ence Darmo Jaya Supena selaku Manager Puncak IPB Culture Collection yang saat ini terakreditasi adalah untuk cemaran mikrob pada daging,susu,telur dan produk olahan lainnya. Sedangkan menurut ibu Dr Gayuh Rahayu selaku Pengurus IPB Culture Collection menyatakan bahwa IPB CC berusaha mengadopsi peraturan-peraturan dan standard yang berlaku dan dikembangkan secara internasional salah satunya adalah ISO, namun demikian ISO yang diperoleh saat ini adalah untuk pengujian selanjutnya ibu menambahkan jika tim juga perlu untuk mengusahakan ISO pengelolaan Mikrob kedepannya.
Dengan diperolehnya akreditasi ISO ini diharapkan IPB mampu bersumbangsih dan memacu IPBCC untuk berperan aktif dalam perkembangan ilmu pengetahuan ditingkat nasional dan internasional.
"Dengan terakreditasinya IPBCC diharapkan menjadi embrio berdirinya Indonesia Culture Collection (INACC)," kata Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Akademik, Prof Yonny Koemaryono dalam acara workshop I-MHERE dan peluncuran ISO 17025 di Bogor.
Dengan ini IPB mendorong Departemen Biologi sebagai relawan yang maju terdepan dalam mengembangkan laboratoriumnya agar mendapat tempat yang layak secara internasional.
IPBCC dapat dikembangkan mendorong terciptanya INACC yang menjadi referensi bagi dunia akan keanekaragaman hayati Indonesia.
"Indonesia sedang merintis pembangunan Culture Center ini," katanya.
Menurut Yonny Koesmaryono, selaku wakil rektor IPB bidang akademik, INACC sangat penting dalam menyimpan dan melindungi keanekaragaman hayati Indonesia.
Indonesia kaya akan kekayaan aneka ragaman, virus, remik dan cendawan.
Selama ini, lanjut Yonny, Indonesia menyimpan koleksi diluar negeri, dan ini dimanfaatkan oleh sejumlah negara untuk menciptakan vaksin dari virus yang telah disimpan.
"Kedepan dengan IPBCC dapat menyimpan, mengembangkan bakteri dan membuat anti virusnya. Ini momentum, kita harus mereferensinya ke luar negeri biayanya sangat mahal. Dengan adanya Culture Colletion dapat menyimpan devisa negara," katanya.
Yonny mengatakan, INACC dapat terbentuk dalam waktu dua tahun. Kehadiran INACC dapat menciptakan senjata biologis. Namun harus bisa dikendalikan. Melalui akreditasi salah satu upaya mengendalikan dan mengelola culture colletion.
Manajer Puncak IPBCC, Ence Darmo Jaya Supena, menjelaskan Departemen Biologi Fakultas MIPA IPB memiliki dua unit kegiatan, yaitu unit koleksi biakan mikroba dan unit pengujian dan identifikasi mikroba.
IPBCC telah terbentuk sejak tahun 1990an memberikan layanan meliputi pasokan dan pertukaran jenis mikroba berdasarkan permintaan.
Menyimpan membiakkan mikroba dari para peneliti atau badan lainnya dengan status tertutup, terkendali dan terbuka.
"IPBCC memberikan pelayanan identifikasi mikroba, pelatihan berbagai teknik mikrobiologi dan analisis mikroba pada berbagai koleksi IPB masih untuk kegiatan akademik. Sudah ada kerja sama dengan industri, untuk gaharu. IPBCC juga kerja sama dengan Pemda untuk menginduksinya gaharu. IPB juga membuka diri untuk stakeholder," katanya.
Ence mengatakan, komite akreditasi nasional, menjadi impian IPB untuk mewujudkan INACC.
"Seperti harapan dari KAN, IPBCC dapat menjadi embrio terciptanya INACC," katanya.
Ence menambahkan, dengan dukungan I-MHERE, IPBCC telah meningkatkan koleksi biakan tervalidasinya ribuan kode akses biakan dan meningkatkan metode penyimpanan biakan dari metode konvensional yang masa simpannya pendek menjadi penyimpanan simpanan lama dan stabil.
referensi :
Antara News
Green Tv